Rabu, 29 September 2010

SEDIH dan KECEWA


Ternyata aku salah menilai kamu. SALAH TOTAL… Aku kecewa….
Aku ga tau. Kamukah itu saat berkata seperti itu? Atau hanya emosi sesaatmu saja karena begitu marahnya kamu padaku… Tak habis pikir rasanya kamu berkata seperti itu. Sedih? Pasti! Ga bisa kuungkapkan betapa sedihnya aku… Ku kira kamu mengerti aku… Apakah aku bersalah? Ya, mungkin memang aku salah… Tapi, aku punya alasan kenapa aku lakukan semua itu. Aku Cuma belum bisa memberitahukannya padamu saat itu… Aku tahu kamu pasti lelah dengan sikapku ini. Aku tahu itu. Tapi, tak bisakah kamu lebih bersabar? Ya, aku tak bisa memaksakan itu. Aku tahu kamu juga manusia biasa. Aku tak boleh terlalu egois.
Andai saja kamu mengerti…
Aku akui, aku pengecut, aku egois, aku takut… Dan lagi-lagi aku katakan lagi kalo memang aku punya alasan untuk bersikap seperti itu. Pasti kamu berpikir kalo aku terlalu berlebihan untuk tak bisa mengungkapkan alasan-alasan itu. Sampai-sampai kamu berkata padaku untuk menyimpan semua alasan-alasan itu. Aku sedih mendengarnya… Lelahkah kamu? Maafkan aku… Benar-benar maaf…
Harusnya kamu tahu, tak pernah ada sedikitpun terbersit niatku tuk membuatmu Sakit dan BENCI padaku…
Harusnya kamu tahu, akulah yang lebih SAKIT ketika kamu merasa Sakit dan BENCI padaku…
Harusnya kamu tahu, aku ingin mengungkapkan semua ALASAN yang kupunya di depanmu sambil menggenggam tanganmu. Agar kamu lebih mengerti mengapa aku bersikap seperti itu. Aku tak berniat untuk menyembunyikan apapun. Ga sama sekali…
Tapi, aku tahu, aku ga bisa menuntut banyak. Aku harus mengerti dengan keadaan kita yang terbatasi oleh jarak. Aku selalu berusaha untuk mengerti… Selalu…
Andai saja kamu bersabar…
Sepertinya kamu belum mengerti seperti apa aku. Bagaimana sifatku. Walaupun aku tahu, kamu pasti sudah berusaha untuk mengerti aku. Ya, aku tahu itu. Aku Cuma butuh waktu. Ga, mungkin bukan hanya aku, tapi kamu juga. Maafkan aku yang ga memikirkan kalau kamupun sama sepertiku yang butuh waktu untuk bisa mengerti aku. Aku masih ‘baru’ untuk hal seperti ‘ini’. Kamu pasti tahu maksudku. Tapi ketahuilah, sebenarnya sedikit demi sedikit aku sudah mulai terbiasa untuk mengungkapkan apapun yang ada dipikiranku padamu. Aku berusaha kok untuk mengalahkan egoku, keras kepalaku, gengsiku, sampai rasa maluku. Aku selalu berusaha… Selalu…
Andai saja kamu mengerti…
Kenapa aku harus meneteskan air mata saat menulis ini…
Tapi, ya sudahlah…
Aku ga bisa berharap banyak. Aku ngerti kenapa kamu bersikap seperti itu. Itu hak kamu untuk mengambil keputusan untuk melupakanku. Itu hak kamu untuk ga mau berhubungan lagi denganku. Itu hak kamu untuk memilih pergi dariku…
Ya, selamat tinggal ay…
Aku ga akan ganggu kamu lagi sesuai dengan harapan kamu yang menginginkan aku untuk jangan lagi pernah berhubungan dengan kamu agar beban kamu lebih ringan. Walau bukan ini yang sebenarnya aku inginkan. Sama sekali bukan…

Tidak ada komentar: